Halo nama gue Zulhan gue mau berbagi salah satu hobi gue
dalam bermain game. Sebelumnya gue mau memperkenalkan diri sedikit hehe. Nama
lengap gue Zulhan Effendi gue lahir tanggal 11 september 20 tahun yang lalu.
Gue mahasiswa dari sebuah unversitas swasta ternama gue kuliah di Universitas
Gunadarma jurusan system informasi, sekarang ini gue baru atau sudah semester
5. Langsung aja disini gue mau nyeritain salah satu hobi gue bermain game, gue
lagi seneng banget main game Football Manager. Nah awal mula gue bermain game
ini yaitu waktu setelah lulus sma dan awal masuk kuliah gue di kasih tau temen
kalo ada game tentang jadi manajer tim sepak bola gitu seru. Setelah di kasih
gamenya mulai di install dan gue pun mulai bermain game itu, ternyata buat
pecinta bola seperti gue game seperti ini sangatlah seru di mainin hehehe.
Sampe sekarang udah 3 tahunan gue main game itu dan ga pernah bosen, emang game
itu ga ngebosenin selalu ada aja yg bikin penasaran. Sebenernya game ini udah
lama banget ada tapi gue taunya baru baru ini sekitar pertengahan tahun 2011
game football manager yang pertama gue mainin itu football manager edisi 2012
biasa gue sebut FM12. Game ini setiap tahunnya update dan tiap tahunnya pun ada
fitur baru yang ngebikin game ini makin jadi penasaran dan ga ngebosenin.
Setiap ada update itu gue selalu mainin ada FM12, FM13, dan yang sekarang
paling baru adalah FM14. Entah kenapa tiap main game init uh seru walaupun kata
temen gue yang baru liat dang a ngerti dia bilang “ini game apasih ngebosenin
ginti ga jelas mainnya ngapain lu mainin”
buat orang yang ga ngerti mainnya mungkin emang bĂȘte dan ngebosenin
karna emang game ini kita Cuma jadi manager tim ngatur ngatur club bukan kaya
game PES atau FIFA yang bisa dimainkan dan digerakan setiap pemainnya. Tapi
disitulah seni serunya buat gue dan sampe sekarang masih seneng banget main
game Football Manager ini. Sekian cerita tentang salah satu hobi gue dalam
bermain game J
Senin, 30 Desember 2013
Kerangka karangan
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan
rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur,
dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap
terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju.
Adapun manfaat kerangka karangan secara umum adalah untuk
menyusun karangan secara teratur. Selain itu ada beberapa manfaat kerangka
karangan, antara lain :
a. Mempermudah
pembahasan tulisan.
b. Menghindari isi
tulisan keluar dari tujuan awal.
c. Menghindari
penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
d. Memudahkan
penulis mencari materi tambahan.
e. Menjamin penulis
bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
f. Memudahkan
penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.
Dengan adanya kerangka karangan, penulis bisa langsung
menyusun tulisannya sesuai butir-butir bahasan yang ada dalam kerangka
karangannya. Kerangka karangan merupakan miniatur dari sebuah karangan. Dalam
bentuk ini, karangan tersebut dapat diteliti, dianalisi, dan dipertimbangkan
secara menyeluruh.
kerangka karangan berdasarkan urut ruang:
Urutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau
ruang. Umpamanya kantor, gedung, lokasi/wilayah tertentu.
-Contoh bagian karangan yang memakai urutan ruang.
Topic : Laporan Lokasi Banjir di Indonesia
Banjir di Pulau Jawa
Banjir di Pulau Tengah
Daerah Semarang
Daerah Pekalongan
Banjir di Jawa Barat
Daerah Ciamis
Daerah Garut
kerangka karangan berdasarkan urut topik:
Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan.
Topik karangan adalah suatu hal yang akan digarap menjadi karangan merupakan
jawaban atas pertanyaan masalah apa yang akan ditulis? Atau hendak menulis apa
?
Jika seseorang akan mengarang, ia terlebih dahulu harus
memilih dan menetapkan topik karangannya. Permasalahannya di sekitar kita yang
dapat dijadikan topik karangan jumlahnya sangat banyak : putus sekolah,
pengangguran , kenaikan harga. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya
yang bersifat umum dan belum terurai.
Adapun judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau
penjabaran dari topik. Jika dibandingkan topik, judul lebih spesifik dan sering
telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Memang topik
seperti aksitektur,ekonomi,hukum,komputer,listrik,manajemen, boleh saja
dijadikan judul karangan,tetapi judul tidaklah harus sama dengan topik. Jika
topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang
lingkupnya juga sangat luas. Judul karangan sedapat-dapatnya singkat dan padat,
menarik perhatian, serta menggambarkan garis besar pembahasan.
Topik dan judul dapat memiliki persamaan dalam hal sama –
sama dapat menjadi judul karangan. Namun, antara keduanya terdapat perbedaan;
topik adalah ‘payung besar’ yang bersifat umum dan belum menggambarkan sudut
pandang penulisnya, sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung
permasalahan yang lebih jelas atau lebih terarah dan telah menggambarkan sudut
pandang penulisnya.
Cara pertama untuk mempersempit pokok pembicaraan dapat
dilakukan dengan memecah pokok pembicaraan menjadi bagian-bagian yang makin
kecil yang disebut subtopik. Cara kedua ialah dengan menuliskan pokok umum dan
membuat daftar aspek khusus apa saja dari pokok itu secara berurutan kebawah.
Dari daftar itu dapat dipilih salah satu aspek untuk dijadikan topik karangan.
Cara ketiga dapat dilakukan dengan mengajukan lima pertanyaan berikut mengenai
pokok pembicaraan : apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana. Pokok
pembicaraan dapat ditulis di atas, lalu dibawahnya disediakan kolom –kolom
untuk menjawab kelima pertanyaan itu. Dalam setiap kolom dituliskan aspek –
aspek khusus dari pokok pembicaraan.
sumber :
-
http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2013/01/pengertian-manfaat-dan-fungsi-kerangka.html
-http://yanti91.blogspot.com/2011/10/topik-tema-dan-kerangka-karangan.html
-http://bongez.wordpress.com/2010/04/26/kerangka-karangan/
Senin, 11 November 2013
Sepatu futsal kesayangan
Sehubung
dengan tugas membuat artikel yang ibu berikan tentang sesuatu hal yang kita sayangi, disini saya
ingin membahas tentang sepatu futsal. Karena saya memiliki hobi bermain futsal,
dan sepatu futsal ini adalah elemen terpenting dalam hobi saya karna mendukung
dalam olahraga tersebut. Sepatu yang sering saya gunakan adalah Nike Gato5,
untuk membeli sepatu ini saya harus menabung sendiri. Dan setiap kali saya
latihan maupun bertanding saya menggunakan sepatu futsal tersebut bisa dibilang
sepatu futsal itu adalah pasangan saya karna saya sering menghabiskan banyak
waktu bersamanya di dalam lapangan. Setelah bertanding atau latihan saya selalu
merawat sepatu itu dengan di lap menggunakan lap basah agar bersih dan sepatu
tetap awet.
Saya
juga akan membahas tentang kisah suka dan duka dalam pertandingan futsal
menggunakan sepatu ini. Sudah banyak pertandingan yang saya lalui bersama
sepatu ini ada kemenangan juga ada kesedihan. Saya juga pernah mengangkat piala
futsal turnamen himsi cup bersama kelas 2KA25. Dalam turnamen itu adalah
pertama kalinya kelas 2KA25 mengikuti turnamen antar kelas karna di tingkat 2
ini kami semua di pecah dan disatukan dalam kelas yang berbeda, kami berhasil
meraih peringkat ke 3 dalam turnamen himsi cup tersebut.
Kamis, 07 November 2013
KALIMAT EFEKTIF
Pengertian kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar
atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara
tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Ciri-ciri & contoh kalimat efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus
memenuhi syarat berikut, yaitu adanya:
1) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti
tercantum di bawah ini:
* Kalimat itu
mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja
membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah.(Benar)
* Tidak terdapat
subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
* Kalimat penghubung
intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang
agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya
membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua
cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah
ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,
sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia
membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.
* Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata
yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba.
Contoh:
a. Harga minyak
dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata
yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk
itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang
menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi
predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu
perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang
perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan
itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
* Meletakkan kata
yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah
posisi kalimat.
* Membuat urutan
kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
* Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan
mereka.
* Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
* Mempergunakan
partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata
yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
* Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa
presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden
datang.
* Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi
kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai
baju warna merah.
b. Di mana engkau
menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
* Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya
membawa badannya saja.
b. Sejak dari
pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya
membawa badannya.
b. Sejak pagi dia
bermenung.
* Penghematan
dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima
uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang,
seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
· Yang
diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang
bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah
menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang,
dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah.
a. Kalimat yang
padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang
dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan
yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia
dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Kalimat yang
padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek
terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang
padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada
rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada
rumah-rumah adat.
referensi : - http://kalimatefektif2013.blogspot.com/
KALIMAT EFEKTIF DAN KALIMAT TURUNAN
Kalimat
efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan
gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat
mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa
yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Ciri-ciri
& contoh kalimat efektif
Untuk dapat
mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi syarat berikut, yaitu
adanya:
1) Kesepadanan
Yang dimaksud
dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan
gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan
kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
* Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat
dengan jelas.
Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai,
menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi
semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
* Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a.
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu
saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam
menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu
bagi saya kurang jelas.
* Kalimat penghubung intrakalimat tidak
dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga
kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda.
Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami
datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang
terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya
membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor
Suzuki.
* Predikat kalimat tidak didahului oleh
kata yang.
Contoh:
a. Bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah
kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya
adalah sebagai berikut:
a. Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah
kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan
secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu
adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a)
tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat
diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak
dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b)
tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat
itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3) Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
* Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di
depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden
mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
Penekanannya
ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan
presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya
Harapan presiden.
Jadi,
penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
* Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan
seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan
seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
* Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka
kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
* Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan
Contoh:
Anak itu
tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
* Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan).
Contoh:
Saudaralah
yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan.
* Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan
contoh:
Karena ia
tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin
serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan
kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak
diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin
serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
* Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan
contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit
itu?
Kata merah
sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit
sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu
dapat diubah menjadi
a. Ia
memakai baju merah.
b. Di mana
engkau menangkap pipit itu?
* Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik
bersinonim dengan ke atas.
Kata turun
bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini
dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
* Penghematan dapat dilakukan dengan cara
tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak
baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku
: para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang
dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Dan tepat
dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal
itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima
ribuan.
Kalimat (a)
memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b)
memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua
puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan
kalimat berikut.
· Yang diceritakan menceritakan tentang
putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini
salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang
diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan
tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh
karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus
dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola
aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat
yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu
saya sudah baca.
Saran yang
dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di
atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu
sudah saya baca.
b. Saran
yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu
menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan
kalimat ini :
a. Mereka
membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah
ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka
membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah
ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
referensi :
- http://kalimatefektif2013.blogspot.com/
Kalimat
Turunan
KALIMAT TURUNAN
Dalam kajian
bahasa dibedakan unsur bahasa yang sederhana dan unsur yang kompleks. Dalam
morfologi terdapat kata sebagai objek kajian morfologi yang memiliki sifat yang
demikian itu yang disebut sebagai kata dasar atau kata turunan. Kata Dasar
merupakan dasar pembentukan kata turunan, kata turunan merupakan bentukan dari
kata dasar.
Begitu pula
dalam sintaksis. Kalimat sebagai objek kajian sintaksis juga dibedakan atas
kalimat dasar dan kalimat turunan, kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
turunan mencakupi turunan tunggal dan kalimat turunan majemuk. Kalimat turunan
tunggal merupakan kalimat kompleks yang terdiri atas satu klausa, sedangkan
kalimat majemuk merupakan kalimat kompleks yang terdiri atas dua klausa atau
lebih. Jadi istilah dasar dan turunan dilihat dari peranan dalam pembentukan.
Jenis
Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
Menurut
jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
kalimat tunggal, kalimat majemuk atau kalimat turunan.
Kalimat
Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa. Karena klausanya yang
tunggal maka dinamai kalimat tunggal. Hal itu juga berarti hanya ada satu
P(predikat) di dalam kalimat tunggal. Seperti telah dijelaskan, unsur S dan P
adalah penanda klausa. S dan p selalu wajib dalam setiap kalimat.
Adapun O,
Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam
kalimat tunggal. Kehadiran O, Pel, Ket bergantung pada P. Jika P masih perlu
dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Contoh :
Kami mahasiswa Indonesia.
Jawaban anak pintar itu sangat tepat.
Mobil orang kaya itu ada delapan.
Kalimat
tunggal dapt dilengkapi atau diperluas dengan menambah satu unsur O, Pel, dan
Ket. Jadi kalimat tunggal tidak harus berupa kalimat pendek.
Kalimat
Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dua atau lebih kalimat tunggal.
Hal itu berarti dalam kalimat majemuk terdapat lebih dari satu klausa.
Perhatikan
contoh diberikut ini.
v Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang
luas dan
S P1 O1
harus
menjunjung tinggi etika profesi .
P2 O2
v Anak-anak bermain layang-layang di halaman
kampusketika
S1 P1 O1 Ket
para dosen,
karyawan, dan mahasiswa menikmati hari libur .
S2 P2 O2
Contoh yang
pertama disebut kalimat majemuk setara karena mempunyai dua klausa yang
setara/sejajar.Penanda yang memisahkan klausa dalam kalimat majemuk setara
antara lain konjungsi dan. Contoh yang kedua disebut kalimat majemuk bertingkat
karena klausa yang kedua merupakan perluasan dari klausa pertama.Penanda yang
memisahkannya adalah konjungtor ketika.
Kalimat Majemuk
Setara
Kalimat
majemuk setara mempunyai ciri :
Dibentuk dari dua atau lebih kalimat
tunggal
Kedudukan tiap kalimat sederajat
Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Setara
Jenis
Hubungan
Fungsi
Kata
Penghubung
Penjumlahan
menyatakan
penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses
dan, serta,
baik, maupun
Pertentangan
menyatakan
bahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua
tetapi,
sedangkan, bukannya, melainkan
Pemilihan
menyatakan
pilihan di antara dua kemungkinan
Atau
Perurutan
menyatakan
kejadian yang berurutan
lalu,
kemudian
Contoh
kalimat majemuk setara :
Erni mengonsep surat itu dan Rini
mengetiknya.
Muridnya kaya, tetapi ia sendiri
miskin.
Engkau tinggal disini, atau ikut dengan
saya.
Ia memarkir mobilnya di lantai 3, lalu
naik lift ke lantai 7.
Kalimat
Majemuk Bertingkat
Konstruksi
kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya
terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena klausa kedua
merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu, konjungtur kalimat majemuk
bertingkat juga berbeda dengan konjungtur kalimat majemuk setara.
Penghubung
Klausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis
Hubungan
Kata
Penghubung
a. waktu
sejak,
sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil,
sebelum,
ketika, tatkala, hingga, sampai
b. syarat
jika(lau),
seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, bilamana, manakala
c. tujuan
agar,
supaya, untuk, biar
d. konsesif
walau(pun),
meski(pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun)
e.
pembandingan
seperti,
bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih,
f.
sebab/alas an
sebab,
karena
g.
akibat/hasil
sehingga,
sampai-sampai, maka
h. cara/alat
dengan,
tanpa
i. kemiripan
seolah-olah,
seakan-akan
j. kenyataan
Padahal,
nyatanya
k.
penjelasan/ kelengkapan
Bahwa
Contoh
kalimat majemuk bertingkat:
Dia datang ketika kami sedang rapat.
Lalu lintas akan teratur andaikata
pemakai jalan berdisiplin tinggi.
Anda harus bekerja keras agar berhasil.
Semangat belajarnya tetap tinggi
walaupun usianya sudah lanjut.
Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
referensi : -
http://kalimatefektif2013.blogspot.com/
-http://verra-nurmala.blogspot.com/2011/12/kalimat-turunan.
DIKSI
Diksi bisa
diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita.
Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk
menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan
gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari
diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau
memiliki nilai artistik yang tinggi.
Sebelum
menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni:
masalah makna dan relasi makna :
• Makna sebuah kata / sebuah kalimat
merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer,
1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai
dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm
kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang
menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
Makna
Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal,
untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi
seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna
“banyak buku”.
2. Makna Referensial dan Nonreferensial :
Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada
tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen,
yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna
referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial
kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen).
Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
3. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna
denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki
sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang
lebih kecil & ukuran badannya normal.
Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif
tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan
kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif
netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang
mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna
konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis
binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”. Makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan
suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg
suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
5. Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata,
walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan
dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah
digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang
ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang
berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan. Makna istilah memiliki makna yang tetap dan
pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya
digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di
atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti
orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Yang
dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase,
maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik
unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata
ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut
makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu. Makna pribahasa bersifat memperbandingkan
atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh:
Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa
7. Makna Kias dan Lugas
Makna kias
adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh:
Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.
Agar dapat
menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik
harus memenuhi syarat, seperti :
• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam
menyampaikan suatu gagasan.
• Seorang pengarang harus mempunyai
kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
• Menguasai berbagai macam kosakata dan
mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas,
efektif dan mudah dimengerti.
Contoh
Paragraf :
1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama
dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak
terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2). Liburan tahun ini Aku dan kawanku
berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba.
Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak
henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah
untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana,
kami pulan
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna
denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini
adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah
suatu
pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna
denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan
sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini
adalah makna denotatif.
Makna
konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap
sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
2. Makna Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus
berdasarkan ruang-lingkupnya.
- Makin luas ruang-lingkup suatu kata,
maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
- Makin sempit ruang-lingkupnya, makin
khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam
pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya:
Kata ikan
memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau
tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan
mas. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan,
sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame,
lele, tawes, dan ikan mas.
3. Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang
acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja,
rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak
mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan
perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata
abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus.
Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam
suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4. Sinonim
Sinonim
adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi
bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim,
tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kesinoniman
kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu
kata.
5. Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah
merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar,
terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta
diskusi-diskusi khusus.
Yang
membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer
digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau
pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah,
laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
referensi :
http://bomy08.blogspot.com/2012/10/pengertiankriteriadan-macam-macam-diksi.html
Selasa, 15 Oktober 2013
Puisi Masa Depan
Masa depan
oh masa depan
Kau selalu
membuat tanda Tanya di hidup ini
Menimbulkan misteri
Selalu membuat
penasaran
Aku berfikir
memiliki mesin waktu
Untuk melihat
masa depan ku
Namun itu
hanyalah mimpi
Yang tidak
mungkin jadi nyata
Yang bisa
kulakukan saat ini
Hanyalah selalu
berusaha
Untuk masa
depan yg cerah
Dan membuat
orang tuaku bangga
Senin, 14 Oktober 2013
Wacana singkat sesuai dengan EYD
Timnas
Senior Siap Tiru Semangat Juang 'Garuda Muda'
Jakarta - Para
penggawa timnas senior Indonesia mengaku sangat termotivasi dengan kemenangan
yang mampu diraih oleh timnas U-19. Mereka mengaku punya semangat yang sama
dengan para juniornya itu.
Timnas
Indonesia akan melakoni laga melawan China pada Selasa (15/10). Laga tersebut
boleh jadi akan menjadi pertaruhan penampilan timnas senior yang akan
dibandingkan dengan timnas U-19 yang telah meraih prestasi.
''Timnas
U-19, mereka main sangat semangat yang tinggi. Semua orang bangga dengan
mereka. Mereka bermain dengan hati. Tapi kami juga punya semangat yang sama.
Kami harus mengakui kualitas junior dan senior beda. Dan kami harus berusaha,''
ujar bek timnas Victor Igbonefo."
Menurut
Victor dirinya akan berjuang habis-habis demi menjaga pertahanan Indonesia.
Oleh sebab itu, dia bersama timnya sudah mempersiapkan strategi untuk
mengantisipasi kekuatan China.
''Kami yakin
bisa tampil maksimal dan memenangkan pertandingan. Kami sudah menonton
pertandingan mereka. Mereka sangat bagus. Tapi kami sudah mencoba mengantisipasi
mereka saat latihan."
''Saya harap
berjalan baik, mereka memainkan bola punya visi bermain erat. Kami harus
antisipasi gelandang yang muncul, kami sudah terapkan di latihan. Semoga
latihan diterapkan berjalan dengan apa yang ditonton. Kemudian mereka bermain
seperti apa dan kami antisipasi,''
Harapan
serupa juga diungkapkan oleh kiper I Made Wirawan. Bangga dengan kesuksesan
timnas U-19, dia berharap timnya bisa memberikan yang terbaik."
''Saya belum
tau, kiper utama yang akan diturunkan. Semua masih berpeluang. Tapi kalau saya
diturunkan. Tentunya saya siap. Semoga kesuksesan U-19 bisa dijadikan motivasi
untuk bisa memberikan yang terbaik,'' timpal kiper Persib Bandung itu."
Sumber : http://sport.detik.com/sepakbola/read/2013/10/14/134522/2385951/76/timnas-senior-siap-tiru-semangat-juang-garuda-muda
Sumber : http://sport.detik.com/sepakbola/read/2013/10/14/134522/2385951/76/timnas-senior-siap-tiru-semangat-juang-garuda-muda
Artikel dengan ragam bentuk bahasa
Ragam bahasa
ilmiah
Karya Ilmiah
adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil
penelitian ilmiah yang telah dilakukannya.
contoh:
Peningkatan
kualitas sumber daya manusia tidak bisa dilepaskan dari kegiatan membaca.
Kegiatan membaca dapat dipandang sebagai kegiatan dasar untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan manusia agar dapat mencapai kemajuan hidup. Membaca
adalah sebuah kegiatan sine quo non dalam seluruh proses pendidikan. Segala
bidang baik yang berkaitan dengan ilmu maupun budaya tidak akan dapat dikaji
dan diperoleh tanpa kegiatan membaca.
Paradigma tentang hakikat dan
tujuan pembelajaran membaca lebih menekankan pada kemampuan memahami teks
bacaan. Pemahaman terhadap teks bacaan tersebut tentunya memiliki standar yang
dapat dijadikan tolok ukur apakah pembaca benar-benar telah memahami dan
menguasai kandungan teks bacaan (content area) atau belum. Pembelajaran membaca
yang termasuk dalam pembelajaran bahasa menjadi satu hal yang pokok dan tidak
bisa dikesampingkan oleh sekolah sebagai institusi pendidikan yang menjangkau
perwujudan budaya literasi (baca-tulis) bagi siswa-siswanya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Nida dan Harris (Tarigan, 1981: 1) bahwa keterampilan berbahasa mencakup empat
komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan
berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), serta
keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan berbahasa tersebut
saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Namun keempat keterampilan
berbahasa tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu komunikasi tatap muka
serta komunikasi tidak tatap muka (Tarigan, 1981: 2). Komunikasi tatap muka
terdiri dari keterampilan menyimak yang bersifat langsung, apresiatif,
reseptif, dan fungsional serta keterampilan berbicara yang bersifat langsung,
produktif, dan ekspresif. Sementara itu, komunikasi tidak tatap muka meliputi
keterampilan membaca yang bersifat tidak langsung, apresiatif, reseptif, dan
fungsional serta keterampilan menulis yang bersifat tidak langsung, produktif,
dan ekspresif. Dari pengelompokan yang dikemukakan oleh Tarigan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kegiatan berbicara sangat erat kaitannya dengan kegiatan
menyimak sedangkan kegiatan membaca sangat erat kaitannya dengan kegiatan
menulis.
Pada bagian sebelumnya telah
dinyatakan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam mewujudkan budaya
literasi bagi siswa-siswanya. Pembelajaran membaca khususnya pada siswa sekolah
diupayakan sedemikian rupa dengan mengintegrasikannya dengan keterampilan
menulis. Namun tidak tertutup kemungkinan pengintegrasian keterampilan membaca
dengan kajian dari disiplin ilmu yang lain, misalnya psikologi. Hal ini dikarenakan
oleh adanya proses-proses mental di dalam otak atau minda manusia yang terlibat
ketika seseorang berbahasa
(Dardjowijojo, 2003: 7). Oleh karena itu, dalam ilmu bahasa interdisipliner
dikenal psikolinguistik yang merupakan integrasi dari dua disiplin ilmu , yaitu
psikologi dan linguistik.
Keterampilan membaca yang merupakan
salah satu keterampilan berbahasa tentunya tidak dapat terlepas dari peranan
psikologi dalam upaya pemahaman terhadap bacaan. Hal ini sejalan dengan uraian
Baker dan Brown (Thierney, 1990: 302) mengenai kemampuan pembaca yang dikaitkan
dengan psikologi pengajaran bahasa. Mereka menguraikan bahwa pembaca sebenarnya
memiliki kemampuan metakognisi yang seringkali tidak disadari atau diketahui
oleh pembaca sendiri. Kemampuan metakognisi ini sangat berperan dalam upaya
untuk memahami materi bacaan.
Bahasa memiliki peranan yang sangat
penting dalam mempelajari berbagai bidang ilmu. Hal ini dikarenakan bahasa
berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan berbagai bidang ilmu tersebut
sehingga keterampilan berbahasa mutlak diperlukan. Tuntutan kebutuhan untuk
menguasai berbagai bidang ilmu ini tentunya harus disikapi secara arif. Dalam
bidang pengajaran, pengetahuan dan keterampilan berbahasa digunakan untuk
mempelajari materi pelajaran (content area material) baik bidang ilmu sosial
dan budaya seperti sejarah, ekonomi, geografi, bahasa dan sastra, maupun bidang
ilmu eksakta seperti fisika, matematika,
biologi, dan kimia. Keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan
yang harus dikuasai oleh guru dan siswa untuk mempelajari berbagai bidang ilmu
tersebut.
Ragam bahasa
semi ilmiah
Karya Semi
Ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan.
Penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode
ilmiah. Penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya
bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang
dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan
fakta dan fiksi.
contoh:
Akhir-akhir
ini peristiwa bencana sering menimpa negeri ini, semua pihak merasa terkejut
dengan rentetan kejadian bencana, diawali dengan Gempa Bumi yang diiringi
gelombang tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara yang
terjadi tanggal 26 Oktober 2004, merenggut nyawa berkisar 240.000 orang
meninggal dan hilang, dari laporan Overseas Development Institute (ODI) tahun
2005, total kerugian finansial dan ekonomi dari bencana tsunami mencapai US$
4,45 miliar atau sekitar Rp. 40 triliun atau sekitar 1,2 persen dari total PDB
tahun 2006 , tanggal 6 Januari 2006 terjadi banjir Bandang dan tanah Longsor di
Jember Jawa Timur dan Banjarnegara Jawa Tengah, tanggal 27 Mei 2006 Gempa Bumi
yang terjadi di Daerah Istimewa Jogyakarta dan Jawa Tengah yang mengakibatkan
ribuan orang meninggal dunia, dari catatan Bappenas tahun 2006, kerugian
finansial dan ekonomi akibat gempa bumi di Yogjakarta sebesar Rp 29,1 triliun,
angka tersebut meliputi total kerusakan aset pemerintah, dunia usaha dan warga.
Tanggal 2 Februari 2007 air menggenangi Ibukota Jakarta dan wilayah Jabodetabek
setinggi 1 sampai 5 Meter, yang mengakibatkan ribuan rumah warga ibukota
Jakarta dan wilayah Bekasi dan Tangerang terendam, dengan total kerugian
finansial dan ekonomi akibat banjir berdasarkan perhitungan Bappenas mencapai
Rp 8,8 triliun, tanggal 6 Maret 2007 terjadi Gempa Bumi di Sumatera Barat yang
meluluhlantakkan pemukiman penduduk yang berakibat ratusan jiwa meninggal dan
ribuan rumah rusak serta tanggal 10 September 2007 Gempa Bumi menghantam
Provinsi Bengkulu dengan kekuatan 7,9 skala richter. Dari rangkaian kejadian
tersebut membuktikan bahwa wilayah kepulauan Indonesia rentan terhadap kejadian
peristiwa alam yang dinamakan bencana alam.
Ragam bahasa
non ilmiah
Karya Non
Ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung
fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa
digunakan (tidak terlalu formal).
Contoh:
Pengalamanku
ketika bermain futsal. Setiap seminggu sekali aku dan teman selalu latihan
futsal. Kami latihan futsal untuk membentuk tim yang kompak dan dapat juara
ketika kompetesi…
Kami selalu
bejuang agar dapat menajdi tim terbaik dan semoga tim kami selalu kompak dan
dapat seperti yang diharapkan.Amin.
Referensi:
http://beniatiliest.blogspot.com/2011/06/contoh-artikel-ilmiah-jurnal-populer.html
http://inug-nugi.blogspot.com/2011/12/wacana-ilmiah-wacana-semi-ilmiah-dan.html
Kamis, 02 Mei 2013
Tugas Teori Organisasi Umum 2 materi 9-10
Dimensi - dimensi Struktur Organisasi
KOMPLEKSITAS
Kompleksitas merujuk pada tingkat differensiasi yang ada di dalam sebuah
organisasi. Diferensiasi horizontal mempertimbangkan tingkat pemisahan
horizontal di antara unit-unit. Diferensiasi vertikal merujuk pada kedalaman
hierarki organisasi. Diferensiasi spasial meliputi tingkat sejauh mana lokasi
fasilitas dan para pegawai organisasi tersebar secara geografis. Peningkatan
pada salah satu dari ketiga faktor tersebut akan meningkatkan kompleksitas
sebuah organisasi.
Diferensiasi horizontal. Diferensiasi horizontal merujuk
pada tingkat diferensiasi antara unit-unit berdasarkan orientasi para
anggotanya, sifat dari tugas yang mereka laksanakan, dan tingkat pendidikan
serta pelatihannya. Dapat dikatakan bahwa semakin banyak jenis pekerjaan yang
ada dalam organisasi yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang
istimewa, semakin kompleks pula organisasi tersebut.
Diferensiasi vertikal. Diferensiasi vertikal merujuk pada
kedalaman struktur. Diferensiasi meningkat, demikian pula kompleksitasnya,
karena jumlah tingkatan hierarki di dalam organisasi bertambah. Makin banyak
tingkatan yang terdapat di antara top management dan tingkat hierarki yang
paling rendah, makin besar pula potensi terjadinya distorsi dalam komunikasi,
dan makin sulit mengkoordinasi pengambilan keputusan dari pegawai manajerial,
serta makin sukar bagi top management untuk mengawasi kegiatan bawahannya.
Diferensiasi spasial. Organisasi dapat melakukan aktivitas
yang sama dengan tingkat diferensiasi horizontal dan pengaturan hierarki yang
sama di berbagai lokasi. Tetapi keberadaan berbagai lokasi tersebut
meningkatkan kompleksitas. Oleh karena itu, elemen ketiga dalam kompleksitas
adalah diferensiasi spasial, yang merujuk pada tingkat sejauh mana lokasi dari
kantor, pabrik, dan personalia sebuah organisasi tersebar secara geografis.
Diferensiasi spasial dapat dilihat sebagai perluasan dari dimensi dan
diferensiasi horizontal dan vertikal. Artinya, adalah mungkin untuk memisahkan
tugas dan pusat kekuasaan secara geografis. Pemisahan ini mencakup penyebaran
jumlah maupun jarak.
Ketiga
elemen tersebut tidak perlu merupakan sebuah paket. Misalnya telah dicatat
bahwa perguruan tinggi biasanya mempunyai tingkat diferensiasi vertikal rendah
dan sedikit atau tidak ada sama sekali diferensiasi spasial. Sebaliknya, suatu
battalion tentara dicirikan oleh diferensiasi vertikal yang tinggi dan sedikit
diferensiasi horizontal.
Mengapa Kompleksitas itu Penting?
Organisasi
terdiri dari subsistem yang membutuhkan koordinasi, komunikasi, dan control
agar dapat efektif. Maka makin kompleks sebuah organisasi, makin besar
kebutuhannya akan alat komunikasi, koordinasi, dan control yang efektif. Dengan
kata lain, jika kompleksitas meningkat, maka akan demikian juga halnya dengan
tuntutan terhadap manajemen untuk memastikan bahwa aktivitas-aktivitas yang
didiferensiasi dan disebar bekerja dengan mulus dan secara bersama ke arah
pencapaian tujuan organisasi.
Hal tersebut dinyatakan sebagai suatu
paradoks di dalam analisis organisasi. Keputusan manajemen untuk meningkatkan
diferensiasi dibuat secara khas demi kepentingan ekonomis dan efisiensi. Tetapi
keputusan tersebut menciptakan berbagai tekanan untuk menambah pegawai
manajerial untuk membantu dalam pengontrolan, koordinasi, serta pengurangan
konflik. Oleh karena itu, setelah beberapa waktu, organisasi yang dapat hidup
terus akan cenderung menjadi lebih kompleks karena aktivitas mereka sendiri dan
lingkungan yang mengelilinginya menjadi lebih kompleks. Kemudian dapat kita
tambahkan bahwa pengertian mengenai kompleksitas adalah penting, karena
merupakan sebuah karakteristik yang harus dicari oleh para manajer dan yang
diharapkan ada jika organisasi mereka sehat.
FORMALISASI
Formalisasi merujuk pada tingkat sejauh mana pekerjaan di dalam
organisasi itu distandardisasikan. Jika sebuah pekerjaan sangat
diformalisasikan, maka pemegang pekerjaan itu hanya mempunyai sedikit kebebasan
mengenai apa yang harus dikerjakan, bilamana mengerjakannya, dan bagaimana ia
harus melakukannya. Formalisasi merupakan suatu ukuran tentang standardisasi.
Karena kebijakan dariseseorang di dalam pekerjaannya berbanding terbalik dengan
jumlah perilaku yang diprogramkan lebih dahulu oleh organisasi, maka makin
besar standardisasi, makin sedikit pula jumlah masukan mengenai bagaimana suatu
pekerjaan harus dilakukan oleh seorang pegawai. Standardisasi ini bukan saja
melenyapkan kemungkinan para pegawai untuk berperilaku secara lain, tetapi juga
menghilangkan kebutuhan bagi para pegawai untuk mempertimbangkan alternative.
Sebuah
pendekatan alternative mengatakan bahwa formalisasi berlaku untuk peraturan
yang tertulis maupun tidak. Dengan demikian, persepsi sama pentingnya dengan
realitas. Untuk tujuan pengukuran, formalisasi akan dihitung dengan
memperhatikan, selain dokumen resmi organisai, sikap (attitudes) pegawai sampai
pada tingkatan di mana prosedur pekerjaan diuraikan dan peraturan diterapkan.
Jangkauan Formalisasi. Penting untuk diketahui bahwa tingkat
formalisasi dapat sangat berbeda di antara dan di dalam organisasi. Pekerjaan
tertentu dikenal mempunyai sedikit formalisasi. Pada umumnya adalah benar bahwa
pekerjaan yang tidak terampil adalah yang paling sempit yaitu yang paling
sederhana dan yang paling berulang adalah yang paling cocok bagi tingkat
formalisasi yang tinggi. Makin besar profesionalisme sebuah pekerjaan, maka
makin kecil kemungkinan pekerjaan itu diformalisasi dengan tinggi. Formalisasi
berbeda bukan hanya dalam hal pekerjaan itu tidak terampil (unskilled) atau
professional, tetapi juga dalam tingkatan organisasi dan departemen fungsional.
Mengapa Formalisasi itu Penting?
Organisasi
menggunakan formalisasi karena keuntungan yang diperoleh dari pengaturan
perilaku para pegawai. Standardisasi perilaku akan mengurangi keanekaragaman.
Standardisasi juga mendorong koordinasi. Penghematan yang diperoleh dari
formalisasi juga tidak boleh diabaikan. Makin besar formalisasi tersebut, makin
sedikit pula kebijaksanaan yang diminta dari pemegang jabatan. Hal ini relevan,
karena kebijaksanaan memerlukan biaya.
Hal ini
menjelaskan, secara kebetulan, mengapa banyak organisasi besar mempunyai manual
akuntansi, manual personalia, dan manual pembelian yang seringkali beribu-ribu halaman tebalnya.
Organisasi-organisasi ini memilih untuk memformalkan pekerjaan sedapat mungkin
agar memperoleh prestasi paling efektif dari para pegawainya dengan biaya paling
rendah.
Keputusan Untuk “Membuat atau Membeli”
Sosialisasi merujuk pada suatu proses adaptasi di mana para individu
mempelajari nilai, norma, dan pola perilaku yang diharapkan bagi pekerjaan
serta bagi organisasi tempat ia bekerja. Para professional mengalami pendidikan
dan pelatihan bertahun-tahun lamanya sebelum mereka mempraktekkan keahliannya.
Dengan demikian, manajemen mempunyai dua macam keputusan. Pertama, tingkat
standardisasi perilaku bagaimana yang diinginkan? Kedua, apakah standardisasi
yang diinginkan itu akan “dibuat” dalam perusahaan atau “dibeli” dari luar?
Bila dibuat dalam perusahan, akan lebih ditekankan pada pegawai yang tidak
terampil, meskipun semua pegawai akan menyesuaikan diri mereka dengan budaya
khas dari organisasi tertentu.
Formalisasi langsung di tempat kerja dan profesionalisasi pada dasarnya
merupakan substitusi antara yang satu dengan lainnya. “Organisasi dapat
mengontrol (perilaku pegawai)*secara langsung melalui peraturan dan prosedurnya
sendiri, atau dapat memperoleh control tidak langsung dengan cara menyewa para
professional yang terlatih”. Dapat diharapkan bahwa dengan meningkatnya tingkat
profesionalisasi di dalam sebuah organisasi, maka tingkatan formalisasi akan
menurun.
Teknik-teknik Formalisasi
Para manajer mempunyai sejumlah teknik untuk dapat
menstandardisasikan perilaku para pegawai. Berikut adalah teknik-teknik yang
paling populer :
· Seleksi
· Persyaratan
Peran
· Peraturan,
Prosedur, dan Kebijaksanaan
· Pelatihan
· Ritual
Hubungan antara Formalisasi dan Kompleksitas
Ada cukup
bukti yang mendukung tentang adanya hubungan yang kuat antara spesialisasi,
standarisasi, dan formalisasi. Jika pegawai melaksanakan tugas yang sempit,
berulang, dan khusus, maka pekerjaan rutin mereka cenderung untuk
distandardisasi dan sejumlah peraturan mengatur perilaku mereka. Para pekerja
di lini rakit melakukan pekerjaan yang sangat dispesialisasi dengan tingkat
rutinitas yang distandarisasi serta banyak sekali peraturan formal dan prosedur
yang harus diikuti.
SENTRALISASI
Sentralisasi adalah yang paling problematis dari ketiga komponen.
Kebanyakan teoritikus menyetujui bahwa istilah tersebut merujuk kepada tingkat
di mana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal di
dalam organisasi. Konsentrasi yang tinggi menyatakan adanya sentralisasi yang
tinggi, sedangkan konsentrasi yang rendah menunjukkan sentralisasi yang rendah
atau yang disebut desentralisasi. Ada juga kesepakatan bahwa desentralisasi
sangat berbeda dari differensiasi spasial. Sentralisasi memperhatikan
penyebaran kekuasaan untuk membuat keputusan dalam organisasi, bukan penyebaran
geografis. Namun di luar batas ini segalanya menjadi kurang jelas.
Sentralisasi dapat dijelaskan secara lebih khusus sebagai jenjang kepada
siapa kekuasaan formal untuk membuat pilihan-pilihan secara leluasa
dikonsentrasikan pada seorang individu, unit, atau tingkatan (biasanya berada
tinggi pada organisasi), dengan demikian mengizinkan para pegawai (biasanya
pada tingkat rendah dalam organisasi) untuk member masukan yang minimal ke
dalam pekerjaan mereka.
Pengambilan Keputusan dan Sentralisasi
Seorang manajer biasanya harus membuat pilihan mengenai
tujuan, alokasi anggaran, personalia, cara melaksanakan pekerjaan, dan cara
memperbaiki keefektifan unitnya. Pentingnya pengetahuan mengenai kekuasaan dan
rantai komando bagi pemahaman sentralisasi, sama pentingnya dengan kesadaran
akan proses pengambilan keputusan. Tingkat pengawasan yang dimiliki seseorang
terhadap keseluruhan proses pengambilan keputusan itu sendiri merupakan ukuran
sentralisasi.
Tingkat kontrol yang dipunyai seseorang dalam seluruh proses
pengambilan keputusan dapat digunakan sebagai sebuah ukuran mengenai
sentralisasi. Kelima langkah dalam proses ini adalah:
1. Mengumpulkan
informasi untuk diteruskan kepada pengambil keputusan mengenai apa yang dapat
dilakukan,
2. Memproses dan
mengintepretasikan informasi tersebut untuk member saran kepada pembuat
keputusan mengenai apa yang harus dilakukan,
3. Membuat
pilihan mengenai apa yang hendak dilakukan, dan
4. Melaksanakannya
Pengambilan keputusan secara tradisional dikatakan sebagai membuat
pilihan-pilihan. Setelah mengembangkan dan mengevaluasi paling sedikitnya dua
alternative, pengambil keputusan memilih alternatif yang disukai. Dilihat dari
pandangan seorang pengambil keputusan ini merupakan penyampaian yang cukup
memuaskan. Tetapi jika dilihat dari pandangan organisasi, pembuatan pilihan
hanya merupakan salah satu langkah dalam proses yang lebih luas. Dapat
dikatakan bahwa pengambilan keputusan paling banyak desentralisasi jika si
pengambil keputusan mengendalikan semua langkah.
Mengapa Sentralisasi itu Penting?
Judul dari
bagian ini dapat menyesatkan. Bahwa judul tersebut secara tidak langsung
mengimplikasikan sentralisasi, sebagai kebalikan dari desentralisasi, adalah
penting. Istilah sentralisasi dalam konteks ini dimaksudkan untuk dilihat
dengan cara yang sama seperti kompleksitas dan formalisasi dalam bab ini.
Sentralisasi mewakili sebuah jajaran dari tinggi ke rendah.
Seperti
telah diuraikan, selain sebagai kumpulan orang, organisasi adalah sistem
pengambilan keputusan dan pengolahan informasi. Organisasi membantu pencapaian
tujuan melalui koordinasi dari usaha kelompok; pengambilan keputusan dan
pengolahan informasi adalah yang utama agar koordinasi dapat terlaksana. Tetapi
factor ini seringkali diabaikan oleh siswa pengambilan keputusan dan teori
organisasi, informasi itu sendiri bukan merupakan sumber yang langka dalam
organisasi. Teknologi informasi yang maju member para manajer sejumlah besar
data untuk membantunya dalam pengambilan keputusan. Kita hidup dalam dunia yang
menenggelamkan kita dengan informasi. Sumber yang langka adalah kapasitas
pengolahan untuk menyelesaikan informasi.
Baik
sentralisasi yang tinggi maupun yang rendah dibutuhkan. Faktor-faktor
situasional akan menentukan jumlah yang “tepat”. Tetapi semua organisasi
mengolah informasi sehingga para manajer dapat membuat keputusan. Oleh
karenanya, perhatian harus dicurahkan untuk mengidentifikasi cara yang paling
efektif untuk mengorganisasi pengambilan keputusan.
Langganan:
Postingan (Atom)